Waspada Sindrom Peter Pan, Ketika Pria Dewasa Bertingkah Seperti Anak-anak

  • admin
  • Jul 21, 2021

Jabanjia.com – Apa kamu mengetahui atau pernah menjumpai pria dewasa, tetapi tidak berperilaku seperti orang dewasa? Dan oleh karena itu, dia akan berperilaku seperti anak kecil baik secara mental dan sosial. Kondisi ini disebut Peter Pan Syndrome (Sindrom Peter Pan).

Berikut penjelasan secara lengkap, Jialovers.

Apa Itu Peter Pan Syndrome?

Sama seperti yang sudah disebut sebelumnya, Peter pan syndrome atau Sindrom Peter Pan adalah sikap orang dewasa yang seperti anak kecil atau remaja. Mereka ‘enggan untuk menjadi orang dewasa’, hal bertanggung jawab dan mengambil keputusan di kehidupan mereka. Sama dengan namanya, tingkah laku ini sama dengan tokoh Peter Pan yang suka bermain dan bertingkah laku seperti anak-anak, walau termasuk sudah cukup usia.

Mereka sering enggan untuk sekedar berbagi soal bersihkan rumah, membiarkan cucian menumpuk bahkan juga tunggakan dari tagihan listrik juga bisa mereka diamkan begitu saja. Hingga orang lainlah yang harus membantu dan mengurusi kebutuhannya.

Menurut seorang psikolog Pustika Rucita, B.A.,MPsi, dalam situs detikHealth, pria yang alami Peter Pan Syndrome mempunyai beberapa ciri yang bisa dilihat dalam kehidupan setiap hari, seperti sifat pria yang susah mengambil keputusan, sangat bergantung pada orang lain, bahkan juga dalam hal kecil sekalipun.

“Dia takut punya komitmen, tidak bertanggung jawab, dan mempunyai ambisi yang rendah,” tambahnya.

Penyebab Peter Pan Syndrome

Dilansir dari situs ScencieDaily.com, Humbelina Robles Ortega, profesor dari Departemen Personality, Evaluation and Psychological Treatment dari Universitas Granada dan seorang pakar dalam gangguan emosional, mengungkap bahwa sikap overprotektif dari orang tua bisa mengakibatkan anak-anak tumbuh dengan peter pan syndrome, mengingat kebanyakan orang tua jadi satu diantara orang yang paling melindungi anggota keluarganya, sampai anak tidak dapat meningkatkan bakat atau ketertarikan yang mereka miliki.

Karena sikap tolerir yang selalu dihadirkan oleh orang tuanya, membuat beberapa penderita Peter Pan Syndrome tidak merasa bersalah atas kekeliruan yang telah ia lakukan atau bahkan juga tidak menyadarinya.

Ciri-ciri Penderita Sindrom Peter Pan

Sindrom peter pan sesungguhnya bisa dihadapi oleh siapa saja, Jialovers, baik pria atau wanita. Tetapi sindrom ini lebih banyak terjadi pada pria.

Beberapa ciri-ciri yang bisa kamu jumpai pada penderita peter pan syndrome selanjutnya adalah ketidaksanggupan untuk ambil tanggung jawab, tidak dapat berkomitmen atau memenuhi janji, dan minimnya percaya diri.

Mereka bisa jadi tidak menampilkan ciri-ciri dan berperilaku kebalikannya. Walau demikian, mereka akan terus merasa kuatir ketika pekerjaannya di evaluasi, ingat mereka juga termasuk dalam kelompok yang tidak toleran pada kritik tipe apapun. Disamping itu mereka sering kali merasa takut kesepian bila tidak ada orang yang mengurusinya.

Ciri lain yang dapat kamu jumpai adalah para penderita Sindrom Peter Pan umumnya akan cari seseorang yang umurnya lebih muda. Karena dengan mereka mendapati pasangan yang lebih muda mereka tidak mencemaskan hari-hari mereka, selain itu mereka pun tidak mempunyai terlalu banyak rencana di masa depan, sehingga tanggung jawab yang mereka emban akan lebih sedikit.

Adanya Wendy Syndrome Dibalik Peter Pan Syndrome

Jialovers, terciptanya Peter Pan Syndrome rupanya bisa dipicu oleh beberapa penderita Sindrom Wendy, lho. Wendy Syndrome sendiri adalah istilah yang umum dipakai untuk wanita yang bersikap atau berperilaku seperti seorang ibu ke pasangan atau orang terdekatnya.

Para penderita ini umumnya akan menggantikan keputusan dan tanggung jawab yang semestinya dilakukan oleh penderita Peter Pan. Para penderita Wendy bisa jadi ada dari orang-orang terdekat seperti ibu.

Memberikan toleransi atau perhatian pada pasangan memang hal yang lumrah untuk dilakukan. Tetapi lain ceritanya bila orang paling dekatmu adalah pria dengan Peter Pan Syndrome.

Apabila sudah seperti ini salah satu jalan untuk mengatasinya dengan mengantarnya untuk menjalani penyembuhan secara psikologis dengan professional, supaya mendapatkan penanganan yang tepat.